Upacara Tradisi ada beberapa rangkaian upacara yang harus dilakukan, yaitu:
1. Masa Kehamilan
Pada masa kehamilan ini pada umumnya di masyarakat hanya dilaksanakan Upacara Tradisi Ngliman (hamil 5 bulan) dan Mitoni (hamil 7 bulan). Sebetulnya ada tradisi yang lain, yaitu manusia ada tanda – tanda kehamilan dengan ciri – ciri sudah tidak menstruasi, suka makan yang asam – asam dan pedas, mentah – mentah, dan lain – lain. Harus minum jamu atau nyup – nyup cabe puyang, mandi keramas, potong kuku , sisig (menghitamkan gigi) yang memiliki maksud selalu dalam keadaan suci. Karena pemahaman masyarakat Jawa dalam kehamilan selalu menjaga janin di kandungnya maka selalu berbuat kebaikan, tidak boleh mengejek orang, lebih – lebih orang cacat, tidak boleh membunuh mahkluk hidup dan lain sebagainya. Agar bayi yang dikandung sehat jasmani dan rohani serta menjadi anak yang bermanfaat bagi orang tua, agama, dan masyarakat.
2. Masa Kelahiran
Pada masa kelahiran ada beberapa tahapan:
a. Memotong ari – ari (placenta) secara tradisional pakai welat yaitu pisau yang dibuat dari bambu wulung (warna hitam) dengan segala kelengkapannya. Ari – ari dimasukkan dalam periuk yang diserta segala ubo rampe (kelengkapannya) hal ini dipahami sebagai saudara muda bagi bayi tersebut. Dalam Masyarakat Jawa sebelum bayi lahir dulu “kawah” (berwujud cairan secara biologis untuk memperlancar proses kelahiran) dipahami sebagai saudara tua dari bayi tersebut.
Setelah bayi dibersihkan / dimandikan kemudian di adzankan dan di iqomati:
b. Memberi nama dengan upacara brokohan
c. Sepasaran (lima hari) karena adat Jawa mengenal ada lima pasaran: pon, wage, kliwon, legi, pahing
d. Puputan (lepasnya ari – ari dari pusar bayi)
e. Selapanan (35 hari) dalam Adat Jawa ada 7 hari dan 5 pasaran kalau disatukan antara hari dan pasaran akan ketemu hari dan pasaran tersebut setiap 35 hari sekali
Misal: hari ini adalah Senin Pon makan 35 hari lagi merupakan hari Senin Pon
Selama masa kelahiran (35 hari) sanak keluarga dan tetangga setiap sore / malam tirakatan dengan kidungan atau mocopat pujian dengan membaca mantra – mantra agar anak & ibu selamat lahir dan batin
3. Masa Kanak – Kanak
Pada masa kanak – kanak ada beberapa tahapannya:
a Tedak sinten (turun tanah) adalaha upacara tradisi anak akan dilatih turun ke tanah kira – kira umur 7 bulan
b Ulang tahun (tingalan) dilaksanakan setelah anak umur 1 tahun sesuai hari, pasaran, dan tanggal
c Nyapih, upacara tradisi nyapih (anak tidak disusui oleh ibunya) anak umur 15 – 16 bulan (laki – laki) dan 18 – 19 bulan (wanita). Hal ini tidak sesuai anjuran dokter saat ini sebab ibu masih menghasilkan asi sehingga harus di habiskan bayi.
4. Masa Remaja dan Dewasa
a. Untuk anak laki – laki dikhitan pada umur sekitar 15 tahun
b. Tarapan (upacara tradisi bagi anak perempuan yang menstruasi pertama
c. Pangur, bagi laki – laki yang telah di khitan dan wanita yang telah menstruasi pertama dianggap telah dewasa, maka diadakan upacara tradisi pangur (meratakan gigi). Hal ini sekarang di anggap bisa merusak email gigi sehingga banyak yang tidak melaksanakan
5. Masa Pernikahan
Yang kami sajikan adalah Upacara Perkawinan Adat Jawa Gaya Yogyakarta
a. Dom Sumuruping Banyu
Dalam pemikiran Masyarakat Jawa mempunyai hajat mantu (menyelenggarakan perkawinan) berarti menambah anggaota keluarga baru dan calon orang yang menjadi pendamping hidup (bagi laki –laki) maupun orang yang menjadi pendamping hidup (bagi wanita) betul – betul sangat diperhatikan dari bobot (kedudukan), bibit (keturunan) dan bebet (silsilah) sebagai calon menantu diselidiki identitasnya dan sikap perilaku. Untuk keperluan tersebut memakai seorang yang berfungsi sabagi penyelidik atau Dom Sumuruping Banyu. Dan sekarang hal ini jarang dilakukan sebab kedua keluarga lebih leluasa untuk selalu mengenal.
b. Nontoni
Apabila sudah saling mengetahui latar belakang masing – masing keluarga. Keluarga laki – laki berkunjung ke kleuarga wanita agar sang laki – laki tahu wajah sang gadis, maka orangtua perempuan menyuruh si wanita untuk menyajikan hidangan sehingga bila cocok dilangsungkan perkawinan.
c. Lamaran
Apabila kedua belah pihak saling cocok (pada tahap Dom Sumuruping Banyu) sepakat untuk menjodohkan. Lamaran dilakukan dari keluarga laki – laki ke keluarga wanita dengan mengutus seseorang yang didampingi rombongan
d. Penyampaian Jawaban
Tahapan ini biasanya langsung pada waktu Lamaran, namun pada masa dahulu ada waktu tersendiri untuk itu
e. Peningset
Peningset adalah upacara penyerahan suatu benda dari orangtua calon pengantin laki – laki ke orang tua calon pengantin wanita, yang berarti sudah ada ikatan rembug (pembicaraan) kedua belah pihak saling mengikat janji. Benda – benda untuk peningset biasanya berupa satu stel pakaian wanita (kain panjang, bahan kebayak, kain penutup dada / strapless, ikat pinggang, selendang, sandal, dan lain sebagainya), perhiasan (cincin, gelag, kalung, subang), dan uang maka lazim disebut tukon.
f. Penentuan Hari Perkawinan
Kedua belah pihak bermusyawarah menentukan hari, tanggal, bulan, tahun perkawinan. Dasar pengambilan waktu tersebut diambil dari buku primbon agar perkawinannya berjalan lancar dan selamat dan pengantin nantinya diberi hidup yang sejahtera. Misalnya hari yang tidak dipakai hari dan pasaran meninggalnya orang tua dari keluarga tersebut.
g. Mendirikan Tarub
Tarub dari kata Taru berarti tetumbuhan atau Tarub berarti payon / atap. Mendirikan tarub yaitu membuat tempat yang diberi atap yang dibuat dari kajang (daun gebang) atau dari daun kelapa (bleketepe) untuk orang – orang yang njagong (menghadiri perhelatan).
Rumah yang ak an digunakan pernikahan dihiasi janur (daun kelapa yang masih muda) dihilangkan lidinya, sehingga seperti sulur (akar) beringin dimaksud hidup sempulur (lestari), meolak bala warna kuning sebagai warna keluhuran.
Tuwuhan dipasang kanan – kiri pintu masuk seperti sebatang tebu warna ungu, daun beringin, daun patra manggala, dan kelapa gading satu janjang (tandan) satu ikat padi Jawa. Makna tetuwuhan tersebut adalah lambang kemakmuran dan harapan pengantin nanti segera tuwuh atau punya keturunan.
Dalam rangka mendirikan tarub diadakan selamatan kenduri dan membuat sesaji buangan (ditaurh di mata iar dimana keluarga mengambil air, di pojok – pojok dusun, perempatan dan di dalam rumah (senthong, pintu masuk, dapur, dan lain sebagainya)
h. Srah – Srahan
Upacara penyerahan calon pengantin laki –laki ke keluarga pengantin wanita 2 atau 3 hari sebelum hari H perkawinan
i. Siraman
Satu hari sebelumnya pengantin laki –laki dan wanita dimandikan dengan menggunakan tata cara tradisi dengan segala segala peralatan dan perlengkapannya dimaksudkan menjadi suci, bersih, dan bercahaya.
j. Ngerik
Setelah dimandikan mempelai wanita di rias dengan dikerik (dihidangkan sedikit rambutnya) kemudian disanggul
k. Midodarani
Acara tradisi malam midodareni dilaksanakan pada malam hari calon pengantin wanita dirias hingga menjadi cantik dan acara ini dilaksanakan di rumah pengantin wanita. Malam ini menyambut kedatangan bidadari – bidadari dari khayangan yang ikut merias penatin wanita. Sesaji midodarani adalah nasi gurih dan lauk pauk.
l. Upacara Ijab / Nikah
Setelah upacara idodareni pagi harinya dilaksanakan perkawinan baik secara keagamaan maupun adat. Dalam ijab, bagi yang beragama islam dapat datang ke penghulu atau mendatangkan penghulu. Yang berhak menikahkan (ikrar nikah) wali / orang tua pengantin wanita, tetapi pada umunya minta tolong peghulu / naib, untuk nanting (meminta kesungguhan hati) pengantin wanita. Setelah mantap untuk dinikahkan dengan suaminya dilaksnakan “ijab Kabul” dan disertai doa – doa oleh naib.
Setelah proses selsai “ngabekten” yaitu pengantin pria mencium lutut mertua dan dilangsungkan kepada sesepuh yang lain (ngabekten ini biasanya dilaksanakan pada panggih)
m. Acara Merias Pengantin
Kedua mempelai setelah ijab kabul keudian dirias untuk menghadapi upacara panggih. Pada jaman sekarang biasanya saat ijab kabul pengantin telah dirias sehingga langsung ke acara panggih.
n. Panggihing Pengantin
Setelah selesai di rias dan dibusanani maka pegantin dipertemukan / panggih. Berikut ini urut – urutannya.
1). Pengantin laki – laki datang ke rumah pengantin wanita / mertua di dampingi 2 pengiring lelaki dan rombongan. Di depan sendiri berjalan 2 orang wanita masing – masing membawa 1 baki berisi sanggan lampah permintaan pengantin dan sanggan tebusan pengantin isinya sama, masing – masng terdiri:
§ Pisang raja 1 tangkep, sirih ayu lengkap gambir, injet, jambe, dan tembakau
§ Kembang telon (mlathi, kanthil, kenangan)
§ Kemenyan
§ Alat Tenun (kisi)
§ Lawe i ukel di tingkap pada pisang
§ Lisah sudul langit
§ Dan lain sebagainya
2). Sementara dirumah pengantin wanita menunggu menantu dan rombongan, kemudian rombongan menyerahkan 2 buah pisang sanggan tadi
3). Pengantin lelaki berdiri saling berhadapan dengan pengantin wanita di depan ruang pertemuan / pendapa
4). Upacara balang – balangan (sadakan), Kedua mempelai saling melempar gantal (sadahan kinang) wanita 3 x lelaki 4 x, hal ini merupakan inti upacara panggih
o. Upacara Membasuh Kaki
Pengantin wanita jomngkok dihadapan pengantin membasuh kedua kaki lelaki dengan bungan setaman tanda penyerahan diri pengantin wanita kepada suaminya.
P. Bergandeng Tangan
Setelah selesai membasuh kaki kedua mempelai berdiri sejajar, pengantin lelaki kanan dan pengantin wanita disebelah kiri lalu kanthen asta (bergandeng tangan) dengan masing – masing jari kelingking saling mengait hal ini disebut panigara yan artinya mengharap kebahagiaan yang sempurna
q. Upacara Memecah Telur
Penganthi pengantin wanita (perias) mengambil telur ayam yang ditaruh dalam air kembang setaman dalam pengaron (tempayan) mengetukkan pada dahi kedua mempelai, kemudian perias membanting telur ke tanah maksudnya pengantin sudah pecah status jejaka dan keperawanannya.
r. Upacara Mancik
Berdiri diatas pasangan rakitan lembu. Kedua pengantin disuruh berdiri diatas pasangan rakitan lembu sebagai lambang kebersamaan dalam tanggung jawab hidup berumah tangga
s. Upacara Duduk Bersanding
Tempo dulu dari upacara mancik pasangan tadi masuk ke pendopo duduk di depan senthong / pedaringan, kalau sekarang di gedung dengan hiasan dekorasi (rono) penggambaran dari senthong tengah dan senthong kanan – kiri serta duduk diatas kursi
- Upacara Dhahar Walimahan
Dhahar / makan nasi kalimah / walimahan (nasi kuning dan lauk ayam pindang dan lain sebagainya). Kedua mempelai saling menyuapi. Hal ini mengandung arti kedua mempelai saling mencintai dan menyayangi.
- Upacara Tampa Kaya
Upacara Tampa Kaya juga disebut Kacar – Kucur. Pengantin wanita menerima “guna kaya” atau penghasilan dari pengantin laki – laki. Berwujud kacang tanah, kedelai, beras, jagung, botor, gudhe, gabah, uang receh dari logam, dan kembang telon. Cara penerimaan pengantin lkai – laki duduk diatas dan pengantin wanita duduk di bawah bersila. Dengan mempergunaka sapu tangan tidak boleh tercecer. Juru rias dengan mengucapkan “Kyai Ambar Sejati badhe merengake kaya datheng Nyai Ambar Sejati” Kacang kawak, dhele kawak, jagung kawak – wong liya dadi sanak – wong adoh dadia cedhak – nastiti, ngati ati, werdi, dadi.
Kalau sekarang kedua mempelai duduk satu kursi kemudia diberikan kepada ibu pengantin wanita.
Maksud Upacara Tampa Kaya berarti bahawa segala bentuk tanggung jawab rumah tangga orang Jawa di pundak laki – laki, maka wujud tanggung jawab tersebut memberikan penghasilannya kepada istrinya. Sebagai istri pandai managemen rumah tangganya (setiti nati – ati, tidak boros)
- Upacara Ujung
Pengantin wanita menyatakan baktinya kepada suami dengan “ngabekti” atau “ujung”, tetapi pada jaman sekarang jarang dilaksanakan. Pada jaman sekarang ngabekti dilaksanakan kepada kedua belah pihak orang tua pengantin, dimulai dari orang tua pengantin wanita da pada waktu sungkem tersebut keris yang dikenakan pengantin laki – laki harus dilepas terlebih dahulu.
- Upacara Pangkon
Tempo dulu Upacara Pangkon masih banyak dilakukan setelah Upacara Tampa Kaya. Tata caranya adalah: ayah pengantin wanita di depan ruang tengah (pedaringan) kemudian kedua mempelai di pangku (duduk diatas paha). Pengantin laki – laki duduk diseblah kanan dan pengantin wanita duduk disebelah kiri. Ibu pengantin wanita bertanya “berat yang mana pakne, anak laki – laki atau anak wanita / Abot pundi pakne, anak lanang napa anak wadon (ngoko)” Jawabannya: Pada abote / sama beratnya. Pada jaman sekarang jarang yang melakukannya.
- Acara Duduk Bersanding
Kedua mempelai duduk bersanding lagi sampai seluruh upacara perkawinan selesai. Pada waktu duduk bersanding yang kedua, kedua mempelai berganti pakaian dari pakaian basahan ke pakaian corak jangan menir
- Menerima Jabat Tangan
Setelah semua acaa selesai, kedua mempelai berdiri di depan kursi atau di depan pintu di dampingi orang tua masing – masing menerima jabat tangan
6. Masa Kematian
a. Surtanah
b. Nelung dina
c. Mitung dina
d. Matang puluh
e. Nyatus
f. Pendak pisan
g. Pendak pindho
h. Nyewu