c

Monday, 23 April 2012

SABTU MALAM DI CONCERT HALL TBY ; 'Togog Mantu' Tampilkan Petruk 'Pesek'

SABTU MALAM DI CONCERT HALL TBY ; 'Togog Mantu' Tampilkan Petruk 'Pesek' 18/04/2012 02:00:13 BUKAN sedang bercanda kalau Yati Sumaryo alias Yati Pesek berperan sebagai Petruk yang seharusnya berhidung mancung pada Pergelaran Wayang Wong Putri lakon Togog Mantu di Concert Hall Taman Budaya Yogyakarta (TBY), Sabtu (21/4) malam. Saat ditemui menjelang latihan di pendapa Dinas Kebudayaan DIY, Senin (16/4) sore, Yati Pesek malah bercanda,"Apa tumon ana Petruk pesek?" Tapi saat ditanya apakah perannya sebagai Petruk pada pergelaran untuk memeriahkan dalam rangka Hari Kartini ini sebagai asal ndhagel atau ada maksud tertentu, Yati Pesek menjawab serius, "Tidak, kebetulan saya saja yang pesek jadi Petruk." Peranan Petruk pun serius, diutus oleh ayahnya, Rama Semar untuk jadi dhuta pamungkas yang harus bisa mrantasi. Petruk sempat bersitegang dengan Togog karena lamaran ayahnya sebenarnya sudah rembug dadi tiba-tiba ditolak. Togog memilih memberikan anaknya kepada Lesmana Mandrakumara yang anak raja. Selain Petruk yang pesek, beberapa tokoh lain diperankan pemain yang tidak lazim. Misalnya, Duryudana yang seharusnya agak kurus, tapi dalam lakon ini diperankan pemain gemuk, karena makmur. "Nggone wong korupsi," ujar Yati yang juga menjadi pelopor dan pimpinan pergelaran. Meskipun Petruk diperankan pemain pesek disebut sebagai serius, menurut Yati, lakon Togog Mantu ini sebagai penuh humor yang tentu saja disesuaikan zaman. Yang disuguhkan hanya hiburan, meski juga ada upaya idealisme untuk memelihara dan mengembangkan kesenian wayang orang. Bukan untuk mengkritik, apalagi berkait dengan politik. Pergelaran wayang wong dengan sutradara M Pardiman dan iringan musik Joko Suseno yang bukan untuk pertama kali ini, merupakan kerja pengabdian Komunitas Pecinta Seni Wayang Orang Tresna Budaya Yogyakarta serta Padepokan Yati Pesek. Sekitar 30 pemain dari berbagai profesi ikut mendukung, seperti pengacara, guru, istri pejabat, dosen, hingga seniman tulen. Selain Yati Pesek, antara lain ada KRAj Tmg Niken Sadjarwo SH MH, Dhani Harsono, Yuningsih, Dra Sri Dadi Siharti MSi Apt, Ratih SSn, Sekar Rini, Eni Soemadi, Supatmi, Trikirana Haryadi Suyuti, Dra Sri Handjati MSn, Dra Yuli Miroto, Dra Daruni MHum, Dra Endang Sutiyati, Bekti Budi Astuti SST MSn, Dra Trisno Susilowati MSn, hingga Suparjilah. Tiket pergelaran bisa dipesan di beberapa tempat, antara lain di Dinas Kebudayaan DIY, Jalan Cendana 11 Yogya. (Ewp/Cil)-c

‘Togog Mantu’, Kemenangan Berpihak kepada Kebenaran

23/04/2012 02:00:01 TOGOG membatalkan sepihak besan-an dengan Semar. Rencana pernikahan Kecublak, anak Togog, dengan Glenter, anak Semar, terganggu dengan keinginan Lesmana, Prabu Duryudana, anak Raja Astina. Togog tergiur dengan bujukan Durna yang membawa amplop berisi uang, sehingga berniat membatalkan pernikahan anaknya dengan Glenter. Setelah melewati berbagai konflik, ternyata Glenter (diperankan Supatmi SPd) dan Kecublak (Ratih SSn) tak bisa dipisahkan. Akhirnya Togog (Yuningsih) membatalkan pinangan Lesmana (Nunung Ristiawati) dengan mengembalikan uang kepada Togog. Pernikahan pun berlangsung antara Glenter yang ternyata Abimanyu dan Kecublak yang sebenarnya Siti Sendari hingga membuat murka Duryudana (KRAj Tmg Niken Sadjarwo SH MH). Kisah yang ditampilkan pada Pergelaran Wayang Wong Putri dengan lakon carangan Togog Mantu dengan sutradara Ki Pardiman di Concert Hall Taman Budaya Yogyakarta (TBY), Sabtu (21/4) malam, itu mengingatkan, kemenangan selalu berpihak kepada yang benar. Pimpinan pergelaran, Yati Pesek yang malam itu berperan sebagai Petruk mengatakan, cerita wayang orang memang diwarnai tuntunan-tuntunan yang bisa menjadi teladan bagi penonton atau bahkan para pemainnya. Misalnya, watak Kurawa itu kebanyakan serakah, suka bikin ulah yang tidak baik, suka menyengsarakan orang lain. “Berbeda dengan Pandawa yang serba manut, diapak-apakke meneng. Wong sing salah bakal seleh,” kata Yati Pesek, usai pentas yang melibatkan Komunitas Pecinta Seni Wayang Orang Tresna Budaya Yogyakarta serta Padepokan Yati Pesek dan didukung Dinas Kebudayaan DIY ini. Terlepas dari kekurangan karena tidak semua pemain murni seniman, pergelaran untuk memperingati Hari Kartini ini menjadi sarana melestarikan wayang orang sekaligus sebagai hiburan. Banyak diwarnai humor, tanpa harus berpikir rumit. Para pendukung pun seperti ketagihan untuk bermain kembali. “Main wayang ini asyik kok, ya? Le dandan seka pucuk sikil tekan pucuk rambut. Dengan omongan ditata, tindakan ditata,” tambah Yati Pesek. Hj Tri Kirana Muslidatun, istri Walikota Yogya, Haryadi Suyuti, yang sudah tiga kali mendukung pentas wayang orang seperti ini menyatakan senang karena wayang orang termasuk kesenian lengkap. Ada unsur tari, bahasa, tata busana, seni rupa, musik dan tembang. “Saya ikut pentas wayang wong ini, rasanya jadi tuman. Sebab, selain dapat belajar seninya, juga bisa berinteraksi berbagi pengalaman dengan seniman dan pendukung beragam profesi,” tandas Tri Kirana yang berperan sebagai Nyai Petruk. Keinginan mementaskan lagi wayang orang cukup tinggi. Bahkan Yati Pesek sudah merencanakan dua pentas tahun ini, Agustus untuk laki-laki dan perempuan, serta Desember khusus perempuan. Para pendukung yang dari beragam profesi pun siap berkiprah lagi, tidak hanya ingin tampil di panggung, melainkan juga membantu pendanaan. (Ewp/Cil)-s
Ngayogyakarta, www.jogjatv.tv – Prasasat saben wewengkon ing Indonesia samangke nedheng mengeti Hari Kartini. Makaten ugi Paguyuban Ringgit Tiyang Tresno Budaya Ngayogyakarta, ingkang mengeti Hari Kartini, kanthi ngadani pagelaran ringgit tiyang, malem minggu (22/4) kala wingi, ing Taman Budaya Yogyakarta. Mapan ing Concert Hall Taman Budaya Yogyakarta, paguyuban ringgit tiyang ingkang dipun pandegani dening Yati Pesek, ngadani pagelaran ringgit tiyang sesirah "Togog Mantu". Ancasing pagelaran kangge mengeti Hari Kartini, sarta kangge nglestantunaken seni ringgit tiyang. Lampahan Togog Mantu, dipun paragani dening 32 paraga ingkang sedayanipun wanita, kanthi bintang tamu garwa Walikota Yogyakarta Tri Kirana Muslidatun sarta Ciblek, seniman saking Banyumas. Togog mantu nyariyosaken Togog, ingkang badhe ndhaupaken putrinipun Kecublak kaliyan Glenter putranipun Semar. Ananging Raja Astina, Prabu Duryudana dumadakan dhawuh supados Kecublak dipun dhaupaken kaliyan Lesmana. Pagelaran ringgit tiyang kasebat, pranyata ndamel keprananipun pamirsa. (Chandra Saputra)

Wayang Wong Tresno Budaya “togog Mantu”

Kamis 19 April 2012 Menjelang peringatan Hari Kartini tanggal 21 April mendatang, Program Langen Swara edisi Kamis 19 April 2012 menghadirkan dua narasumber seniman wanita, yakni Yati Pesek dan Dra. Daruni,M.Hum.
Sebagai wujud pelestarian seni budaya, Paguyuban Wayang Wong Tresna Budaya akan menggelar pertunjukan wayang wong dengan lakon Togog Mantu pada tanggal 21 April 2012 bertempat di Concert Hall Taman Budaya Yogyakarta. Pagelaran wayang wong tersebut digelar untuk memperingati Hari Kartini, oleh karenanya 32 pemain yang mendukung pertunjukan adalah wanita. Ada yang istimewa dalam pagelaran wayang wong tersebut, yakni akan diramaikan oleh bintang tamu istri walikota Yogyakarta, Tri Kirana Muslidatun serta Ciblek, salah satu seniman banyumasan.

Wayang Togog Mantu Dimainkan Para Perempuan

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Pelawak perempuan Yati Pesek asal Yogyakarta, memprakarsai pentas wayang orang khusus perempuan pecinta kesenian wayang dari Yogyakarta dan Jakarta dengan lakon Togog Mantu, di Conser Hall Taman Budaya Yogyakarta. Sabtu (21/4/2012). Pentas ini di samping untuk memperingati Hari Kartini 21 April, juga berkeinginan kuat untuk melestarikan seni wayang orang yang kini mulai memudar . Menurut Yati Pesek, Perkembangan wayang wong sekarang sangat memprihatinkan, senimannya beralih ke jenis seni lain, ataupun berganti profesi selain seni.Begitu juga dengan kostum dan perlengkapan pentas lainnya pun menganggur. . "Hal itu terjadi karena pernah adanya gelar wayang orang. Pergelaran wayang wong yang di adakan dalam setahun Cuma 1-2 kali dengan penonton yang sedikit. Karena itu penjualan tiket tidak mampu menutup biaya produksi," katanya. Di tengah kondisi yang memprihatinkan tersebut, muncul kesadaran penuh akan kelestarian budaya wayang orang tersebut. Dengan dipelopori Yati Pesek dan para pemerhati wayang orang di Yogyakarta seperti Ir. Yuwono Sri Suwito, M,Hum, Dra. Sri Dadi Wiharti, Msi., Apt., grup wayang orang bernama Paguyuban Tresno Budaya Yogyakarta berkomitmen untuk melestarikan wayang orang. Selama ini grup wayang yang semuanya perempuan itu, melakukan pergelaran rutin wayang orang setiap tahun. Pada tahun 2009 menyelenggarakan pentas berjudul "Srikandi Mustokoweni" di Concert Hall TBY dan tahun 2010 menyelenggarakan Pergelaran Wayang Wong Lakon Petruk Dadi Ratu sebagai bagian dalam Festival Kesenian Yogyakarta 2010 di Societet TBY. Selanjutnya, 2 April 2011 dalam rangka memperingati hari Kartini mempergelarkan Lakon Burisrawa Stres, dan bulan juli 2011 dengan lakon Larasyati Edan. Dan Sabtu (21/4 ) mendatang lakon Togog Mantu. Togog Mantu adalah sebuah lakon carangan yang mengisahkan Togog akan menikahkan anaknya bernama Kecublak dengan Glenter anak Semar. Namun Raja Astina Prabu Duryudana tiba-tiba didatangi oleh anaknya Lesmana yang minta dikawinkan dengan Kecublak anak Togog. Prabu Duryudana, mengutus Adipati Karno dan Begawan Durna untuk menemui Togog. Semula Togog menolak, karena Kecublak akan dinikahkan dengan Glenter anak Semar. Namun tekanan Adipati Karno dan Begawan Durna begitu kuat, sehingga Togog bersedia membatalkan perkawinan dengan anak Semar dan menerima lamaran Lesmana. Melihat kenyataan itu Petruk yang menjadi utusan Semar marah dan terjadilah perselisihan yang seru antara Petruk dan Adipati Karno.