c

Wednesday 11 May 2011

Kesetaraan Gender dalam Pentas Wayang Orang Burisrawa Stres


Kelompok Wayang Wong Tresno Budoyo pimpinan Yati Pesek menggelar pementasan wayang orang berjudul “Burisrawa Stres” di Concert Hall Taman Budaya Yogyakarta (TBY) Sabtu (2/4).
Pentas wayang orang “Burisrawa Stres” hadir sangat unik karena menampilkan semua pemain wayang orang perempuan.
Sebanyak 35 perempuan terlibat dalam pementasan wayang orang Burisrawa Stres untuk memperingati Hari Kartini 21 April 2011.
Yati Pesek menerangkan pentas Burisrawa Stres sengaja ditampilkan oleh perempuan semua. Selain Yati Pesek, juga tampil Yulianingsih, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Yogyakarta serta Yuningsih (Yu Beruk)
Perempuan-perempuan tersebut harus bermain dalam banyak karakter seperti karakter raksasa, Punokawan, ksatria dll yang biasanya sering dimainkan pemain wayang orang pria. Namun pementasan wayang orang “Burisrawa Stres” ini dalam rangka memperingati Hari Kartini maka kesetaraan gender menjadi hal utama untuk ditampilkan.
“ Kesetaraan gender saat ini masih dianggap remeh,” terang Yati Pesek yang berperan sebagai Kresna.
Yati Pesek menerangkan, Burisrawa Stres menghadirkan adegan perempuan yang sudah mempunyai suami rela bunuh diri untuk mempertahankan kesucian dari pada selingkuh atau khianat dengan laki-laki yang bukan suaminya.
“Dalam pementasan Burisrawa Stres ini benar-benar ditampilkan wujud kesetiaan seorang istri terhadap suami untuk bertekad dengan cara apapun menjaga kesucian dirinya dari lelaki lain,” ujar Yati Pesek.
Sutradara pementasan wayang orang Burisrawa Stres, Pardiman Cakil menerangkan cerita Burisrawa Stres merupakan cerita modifikasi cerita Sembodro Larung. Hal ini dilakukan agar masyarakat tertarik untuk menyaksikan pementasan.
Burisrawa Stres menampilkan inti cerita mengenai pengorbanan Dewi Woro Sembodro yang bunuh diri agar tidak diperkosa Burisrawa. Hal itu dilakukan Dewi Woro Sembodro mengingat dirinya sudah mempunyai suami sehingga sebagai istri dia berusaha menjaga kesucian dirinya.
“Akibat Dewi Woro Sembodro bunuh diri, Burisrawa tidak berani pulang karena kecamuk batin yang merasa bersalah, benci dan rasa cinta kepada Dewi Woro Sembodro yang bercampur menjadi satu,” ujar Pardiman Cakil.
Burisrawa kemudian memilih bersembunyi di hutan hingga akhirnya Burisrawa tersiksa dengan perasaannya sendiri sampai stres batin.
Pardiman Cakil melanjutkan, sebenarnya Kresna bisa menghidupkan Sembodro dengan kesaktian yang ia punya. Namun untuk mencari sebab Dewi Woro Sembodro meninggal, Krisna menggunakan cara me-larung jasad Dewi Woro Sembodro ke laut apabila ada yang mendekat jasad Dewi Sembodro maka dialah pembunuh Dewi Sembodro.
Pada akhirnya Burisrowo yang sudah tidak tahan dengan perasaan campur aduk tidak karuan, berusaha mendekati jasad Dewi Sembodro lalu ia pun mengaku  telah menyebabkan Dewi  Sembodro bunuh diri.
“Kemudian Dewi Sembodro dihidupkan kembali oleh Ontoseni, anak Werkudoro untuk memberi kesaksian atas perbuatan Burisrawa,” ujar Pardiman Cakil.
Pesan dari pentas wayang orang Burisrawa Stres ini adalah tentang wanita yang memegang teguh kesucian sebagai istri. Meski harus bunuh diri namun justru hal tersebut mampu mengatasi masalah yang ia hadapi.
“ Penampilan para wanita yang bermain dalam wayang orang Burisrawa Stres bisa muncul maksimal. Mereka juga bisa menari tarian gagah yang biasa dipakai laki-laki,” terang Pardiman Cakil. (Jogjanews.com/joe)

No comments:

Post a Comment