c

Monday 23 April 2012

‘Togog Mantu’, Kemenangan Berpihak kepada Kebenaran

23/04/2012 02:00:01 TOGOG membatalkan sepihak besan-an dengan Semar. Rencana pernikahan Kecublak, anak Togog, dengan Glenter, anak Semar, terganggu dengan keinginan Lesmana, Prabu Duryudana, anak Raja Astina. Togog tergiur dengan bujukan Durna yang membawa amplop berisi uang, sehingga berniat membatalkan pernikahan anaknya dengan Glenter. Setelah melewati berbagai konflik, ternyata Glenter (diperankan Supatmi SPd) dan Kecublak (Ratih SSn) tak bisa dipisahkan. Akhirnya Togog (Yuningsih) membatalkan pinangan Lesmana (Nunung Ristiawati) dengan mengembalikan uang kepada Togog. Pernikahan pun berlangsung antara Glenter yang ternyata Abimanyu dan Kecublak yang sebenarnya Siti Sendari hingga membuat murka Duryudana (KRAj Tmg Niken Sadjarwo SH MH). Kisah yang ditampilkan pada Pergelaran Wayang Wong Putri dengan lakon carangan Togog Mantu dengan sutradara Ki Pardiman di Concert Hall Taman Budaya Yogyakarta (TBY), Sabtu (21/4) malam, itu mengingatkan, kemenangan selalu berpihak kepada yang benar. Pimpinan pergelaran, Yati Pesek yang malam itu berperan sebagai Petruk mengatakan, cerita wayang orang memang diwarnai tuntunan-tuntunan yang bisa menjadi teladan bagi penonton atau bahkan para pemainnya. Misalnya, watak Kurawa itu kebanyakan serakah, suka bikin ulah yang tidak baik, suka menyengsarakan orang lain. “Berbeda dengan Pandawa yang serba manut, diapak-apakke meneng. Wong sing salah bakal seleh,” kata Yati Pesek, usai pentas yang melibatkan Komunitas Pecinta Seni Wayang Orang Tresna Budaya Yogyakarta serta Padepokan Yati Pesek dan didukung Dinas Kebudayaan DIY ini. Terlepas dari kekurangan karena tidak semua pemain murni seniman, pergelaran untuk memperingati Hari Kartini ini menjadi sarana melestarikan wayang orang sekaligus sebagai hiburan. Banyak diwarnai humor, tanpa harus berpikir rumit. Para pendukung pun seperti ketagihan untuk bermain kembali. “Main wayang ini asyik kok, ya? Le dandan seka pucuk sikil tekan pucuk rambut. Dengan omongan ditata, tindakan ditata,” tambah Yati Pesek. Hj Tri Kirana Muslidatun, istri Walikota Yogya, Haryadi Suyuti, yang sudah tiga kali mendukung pentas wayang orang seperti ini menyatakan senang karena wayang orang termasuk kesenian lengkap. Ada unsur tari, bahasa, tata busana, seni rupa, musik dan tembang. “Saya ikut pentas wayang wong ini, rasanya jadi tuman. Sebab, selain dapat belajar seninya, juga bisa berinteraksi berbagi pengalaman dengan seniman dan pendukung beragam profesi,” tandas Tri Kirana yang berperan sebagai Nyai Petruk. Keinginan mementaskan lagi wayang orang cukup tinggi. Bahkan Yati Pesek sudah merencanakan dua pentas tahun ini, Agustus untuk laki-laki dan perempuan, serta Desember khusus perempuan. Para pendukung yang dari beragam profesi pun siap berkiprah lagi, tidak hanya ingin tampil di panggung, melainkan juga membantu pendanaan. (Ewp/Cil)-s

No comments:

Post a Comment