c

Wednesday, 15 April 2009

Raden Wedono Larassumbogo

Raden Wedono Larassumbogo, putra kedua dari R. Sosrosidurejo ini dilahirkan di Kampung Bumijo Yogyakarta pada tanggal 27 Juli 1884 atau 12 Dulkongidah wawu 1813. Pada masa kecilnya bernama R. Hardjo. Mempelajari gamelan ( Karawitan) Sejak usia 11 tahun di bawah asuhan K.R.T Purboningrat, dan kemudian dimagangkan dalam Kraton Yogyakarta.

Pada tahun 1904 oleh Sri Sultan Hamengku Buwana VII, RW. Larassumbogo diangkat menjadi Abdi Dalem Jajar Wiyogo . Tahun 1910 diangkat menjadi Bekel Enem. Tahun 1918 naik pangkat menjadi Bekel Sepuh oleh Sri Sultan Hamengku Buwana VII pada tahun 1923 R.B Larassumbaga diangkat menjadi lurah dengan nama gelar Raden Lurah Larassumbogo dan akhirnya oleh Sri Sultan Hamengku Buwana IX diangkat menjadi wedono dengan nama dan gelar Raden Wedono Larassumbogo hingga meninggal dunia pada tanggal 10 Oktober 1958.

Ketika tahun 1917 di Yogyakarta berdiri perkumpulan ” Dwi Sawara”, R.W. Larassumbogo menjadi pemimpinnya. Selain Itu, ia pernah berkecimpung dalam perkumpulan karawitan seperti Doyo Pradonggo, Mudhoraras, Hadibudoyo, dan lain-lain. Keistimewaan R.W Larassumbogo selain menguasai setiap instrumen Jawa juga mahir memainkan gambang, bonang dan gender. Gendhing gendhing ciptaanya kurang lebih 35 macam diantaranya gending Ngeksi Gondo, Windu Haji, Teguh Jiwo, atau Tek Dhug. Disamping RW. Larassumbogo pernah membuat buku gendhing dan dikeluarkan oleh percetakan Kolf Jakarta.

No comments:

Post a Comment