c

Monday, 21 June 2010

Wali Kota Ikut Wayang Orang Berusaha Bangkit Setelah Hampir Punah Ditinggal Penonton

YOGYAKARTA, KOMPAS - Komunitas Pencinta Wayang Orang Trisno Budaya Yogyakarta pimpinan Yati Pesek akan meramaikan Festival Kesenian Yogyakarta dengan mementaskan lakon "Petruk Dadi Ratu". Wali Kota Yogyakarta Herry Zudianto akan ikut terlibat dalam pentas yang dimaksudkan untuk membangkitkan kembali kesenian wayang orang.

Ketua Tresno Budaya Yati Pesek menTerbitkan Entriuturkan, pentas wayang orang tersebut digelar untuk mengangkat budaya tradisional di DIY. Pentas yang memakan biaya sekitar Rp 50 juta ini digelar dengan menggaet pengusaha dan donatur yang peduli wayang orang. Pemasukan dari tiket yang dijual kepada penonton tidak akan mampu menutup biaya pementasan. Selain tidak mungkin menjual mahal tiket, penonton juga kerap hanya segelintir orang.

Selain Herry Zudianto, Guru Besar Arkeologi UGM Timbul Haryono dan pemilik Mirota Batik Hamzah Ismail akan terlibat. Pentas berlangsung 19 Juni di Gedung Societeit Taman Budaya Yogyakarta. Sutradaranya Bekti Budihastuti dan penulis naskah Seno BK.

"Pak Wali Kota tampil sekilas saja. Dia akan menjadi tokoh masyarakat yang berbicara soal ketertiban kota," kata Yati Pesek di sela-sela latihan, Kamis.

Hampir punah

Seno BK mengatakan, pementasan ini diharapkan membangkitkan kembali kesenian wayang orang yang hampir punah. "Kami ingin menghidupkan lagi wayang orang. Kalau ketoprak, kan, sudah mulai bangkit," ujarnya.

Menurut Seno, era wayang orang terus surut sejak kejayaannya tahun 1965. Saat ini, wayang orang makin ditinggalkan penonton. Pertunjukannya yang kerap monoton tanpa sentuhan modernitas kerap menjadi alasan. Padahal pentas wayang orang memiliki kaidah tertentu dan sarat nilai-nilai etika sehingga sulit diubah mengikuti selera masyarakat.

Meskipun begitu, pementasan wayang orang saat ini telah berupaya menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman. Jika dulu pementasan wayang orang memakan waktu hingga lima jam, kini durasi diperpendek menjadi dua jam. "Jadi lebih praktis dan sederhana, selingan tari- tarian dibatasi seperlunya saja," katanya.

Bagi Tresno Budaya, pementasan wayang orang ini pentas kedua sekaligus sekuel dari pentas pertama yang mengangkat lakon "Mustakaweni Maling". Mayoritas pemain wayang orang dalam kelompok ini adalah seniman wayang orang senior yang rata-rata berusia lebih dari 40 tahun. (ARA)

No comments:

Post a Comment