c

Friday, 26 June 2009

POTENSI BUDAYA DAN PELUANG KERJASAMA YOGYAKARTA DAN SURINAME

POTENSI BUDAYA DAN PELUANG KERJASAMA

YOGYAKARTA DAN SURINAME

Abstrak

Yogyakarta adalah salah satu pusat kebudayaan terkemuka di Asia Tenggara dan memiliki potensi yang lengkap, baik berdasarkan demensi temporal, spasial, maupun formal. Pertukaran informasi budaya dengan negara sahabat telah lama dilakukan, baik melalui hubungan bilateral maupun jalur informal. Sampai dengan tahun 2009 telah dijalin kerjasama dengan 62 negara sahabat, terutama dalam bentuk sister-city. Kerjasama dengan Pemerintah Suriname berlangsung sejak tahun 2004 yang diwujudkan dalam bentuk pengiriman tenaga pelatih Bahasa Jawa, Musik Karawitan, dan Tari Jawa pada tahun 2005. Pengalaman itu dapat dijadikan referensi sekaligus peluang kerja sama, baik bagi Pemerintah Suriname dalam pengembangan dan peningkatan kualitas kerja sama, maupun bagi negara lain yang akan menjalinnya.

Potensi Budaya

Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta secara historis memiliki keunikan tersendiri, terutama sebagai ibukota kerajaan Mataram Islam pertama saat didirikan dan kemudian dilanjutkan dengan kerajaan Mataram Islam kedua yang masih terpelihara hingga kini. Selain memiliki latar belakang sejarah panjang sebelum kemerdekaan RI, ternyata juga dilanjutkan pada masa-masa awal kemerdekaan saat mempertahankan kemerdekaan secara nyata Yogyakarta nenjadi ibukota negara. Selain latar belakang sejarah, sebagai daerah istimewa sekurang-kurangnya memiliki keistimewaan dalam hal kepemimpinan, pertanahan, kebudayaan, keuangan, dan tata ruang wilayah. Di dalam bidang kebudayaan setidak-tidaknya dapat ditunjukkan melalui aspek bahasa, filosofi dan budaya simbol, kesenian (seni musik dan tari, seni bangunan/arsitektur, seni rupa dan seni kriya), makanan dan minuman (kuliner), dan pakaian.

Bahasa daerah yang digunakan adalah Bahasa Jawa yang berurat berakar dari wilayah ini dan masih digunakan dalam percakapan sehari-hari di kalangan masyarakat. Untuk mencegah lunturnya penggunaan Bahasa Jawa, khususnya di lingkungan pemerintahan dan pendidikan formal, maka telah ditetapkan melalui peraturan tentang penggunaan Bahasa Jawa pada hari tertentu (Sabtu) terutama dalam bertutur dan bertegur sapa (termasuk rapat) dan penerimaan telepon. Selain itu melalui Dinas Kebudayaan Provinsi DIY juga disiapkan program kegiatan yang mendukung pelestarian dan pengembangan penggunaan Bahasa Jawa.

Secara filosofis pembangunan di DIY didasarkan atas falsafah “hamemayu hayuning bawana”, menjaga keselamatan agar dunia ini tetap lestari dan harmonis sebagai cita-cita luhur untuk mewujudkan tata nilai kehidupan masyarakat Yogyakarta berdasarkan nilai budaya. Filosofi ini kemudian dijabarkan dalam simbol operasional yang berbunyi “golong-gilig, sawiji, greget, sengguh, ora mingkuh”. Semangat golong-gilig adalah simbol bersatu padu, sedangkan ajaran moral sawiji adalah menyatu/mengabdi hanya kepada Yang Maha Esa. Sementara itu greget, sengguh, ora mingkuh adalah rangkaian kata yang menggambarkan kredo penuh semangat, berkonsentrasi penuh, dan tidak menyeleweng. Secara fisik filosofi itu tergambar dalam tata ruang wilayah yang dikenal dengan “sumbu imajiner” yang terdiri atas Kraton, tugu ‘pal putih’, dan Gunung Merapi ke arah Utara, sedangkan Kraton, Panggung Krapyak, dan Samudra Indonesia ke arah selatan. Pandangan kosmologis ini menggambarkan bahwa pertemuan antara sifat-sifat kelakilakian (gunung jika makro dan tugu jika mikro) dengan sifat-sifat keperempuanan (panggung krapyak/yoni jika mikro dan lau jika makro) akan melahirkan kesuburan atau penciptaan.

Berbagai bentuk kesenian yang tercipta bersamaan dengan keberadaan pusat-pusat kebudayaan lama hingga kini terus berkembang di wilayah DIY meliputi seni murni (seni rupa dan seni kriya), seni pertunjukkan (seni musik dan seni tari), dan seni bangun (arsitektur). Perkembangan ini didukung pula oleh banyaknya sekolah dan perguruan tinggi seni serta sanggar-sanggar seni. Pemerintah provinsi juga memberikan fasilitasi berupa wadah untuk mengekspresikan inovasi dan kreasi-kreasi seni serta pemberian penghargaan bagi prestasi-prestasi seni dari seluruh jenis dan cabang kesenian.

Di dalam khasanah makanan dan minuman (kuliner) Yogyakarta juga telah dikenal sebagai ’kota gudeg’ dan bakpia. Di daerah ini terdapat begitu banyak sentra-sentra makanan utama seperti gudeg dan bakpia, selain jenis makanan lain yang beraneka bahan, warna, rasa, dan penyajiannya. Pemerintah provinsi dan daerah kabupaten/kota juga memfasilitasi pelestarian dan pemberdayaan makanan lokal ini dengan menyelenggarakan festival secara berkala serta mempelopori penyajian makanan tradisional dalam pertemuan-pertemuan formal maupun informal.

Salah satu artefak yang biasa digunakan untuk memberikan identitas lokal adalah pakaian atau busana. Yogyakarta dengan pusat kebudayaan klasik Kraton Yogyakarta telah cukup lama dikenal dengan busana tradisional Jawa berupa kain dengan beskap, surjan, dan destar/mondolan (ikat kepala) serta kelengkapannya. Jenis pakaian ini telah merambah luas di kalangan masyarakat untuk berbagai keperluan. Selain itu Yogyakarta juga dikenal sebagai salah satu pusat pertumbuhan batik nusantara yang memiliki ciri khas ’gaya Yogyakarta’. Pelestarian, pembinaan, dan pengembangan batik telah dilakukan secara sinergis antara masyarakat dengan pemerintah, sehingga terbentuk paguyuban-paguyuban pecinta batik dan menyelenggarakan berbagai event budaya secara berkala. Bagi institusi formal juga telah diterapkan kebijakan penggunaan pakai batik pada hari-hari tertentu sebagai upaya pelestarian serta pembelian/penjualan kain batik.

Peluang Kerjasama

Kerja sama antara Pemerintah Republik Indonesia, khususnya Daerah Istimewa Yogyakarta, dengan Negara sahabat telah berlangsung cukup lama sesuai dengan kebijakan politik luar negeri Republik Indonesia. Setiap bentuk kerjasama yang didokumentasikan melalui protokol kerjasama ternyata hampir tidak dapat dilepaskan dari aspek kebudayaan. Demikian pula kerjasama kebudayaan antara Pemerintah Republik Indonesia dengan Pemerintah Republik Suriname penandatangan persetujuan sudah dilakukan pada tanggal 15 Oktober 1997. Di dalam persetujuan itu disebutkan tentang ruang lingkup kerja sama mencakup pertukaran, pengembangan dan peningkatan profesionalitas pelaku, dan pengembangan pengajaran serta pendidikan luar sekolah, penelitian dan penerbitan yang berkaitan dengan kesenian, bahasa, kearsipan, kebudayaan, dan olah raga. Pendek kata para pihak agar memberikan kemudahan dalam pertukaran kebudayaan dan intelektual di bidang kebudayaan. Surat persetujuan itu masih berlaku hingga kini, selama belum ada pembatalan atau pemberhentian persetujuan.

Di antara realisasi kerjasama kebudayaan antara Pemerintah Republik Suriname dengan Pemerintah Republik Indonesia adalah pengiriman guru/instruktur Bahasa Jawa, Seni Musik Karawitan, dan Seni Tari Jawa Klasik dan Kontemporer. Pementasan hasil pelatihan dalam rangka kerja sama itu ditampilkan dalam rangka memperingati Hari Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia ke-60 tahun 2005 di Paramaribo, Suriname. Pada saat itu personel yang dikirim adalah Drs. Marsono (Guru Bahasa Jawa SMMP Negeri 7 Yogyakarta ), Parjaya, S.Sn. (Guru SMKN 1 Bantul), dan Drs. Budi Sudarisman (Staf Dinas Kebudayaan Provinsi DIY). Berdasarkan laporan pelaksanaan dari para pelaku (delegasi seni) dapat diketahui bahwa atensi dan antuasiasme peserta pelatihan sangat luar biasa, sehingga direkomendasikan dapat berkelanjutan.

Setelah misi pengiriman guru/instruktur bahasa dan kesenian pada tahun 2005, ternyata realisasi kerja sama mengalami kemunduran, karena berdasarkan catatan hanya terjadi tiga peristiwa yang menjadi wujud kerja sama itu. Bentuk kegiatan dan waktu pelaksanaan kerja sama itu adalah sebagai berikut.

  1. Tanggal 10 April 2008: Kunjungan Duta Besar Indonesia untuk Suriname (Bapak Suprianto Muhadi) kepada Gubernur DIY dalam rangka menjajagi kerja sama dengan Provinsi DIY.
  2. Tanggal 1 – 5 November 2008: Kunjungan Menteri Sosial dan Perumahan Rakyat Suriname kepada Gubernur DIY.
  3. Tanggal 23 – 25 Maret 2009: Kunjungan Duta Besar Suriname untuk Indonesia atas nama Mrs. Angelic Carolina del Castillo ke Yogyakarta.

Berdasarkan catatan peristiwa di atas secara kualitatif tidak menunjukkan kemajuan, sedangkan secara kuantitatif bentuk kegiatan itu belum memenuhi harapan Surat Persetujuan bersama antara kedua belah pihak. Oleh karena itu peluang kerja sama antara Pemerintah Republik Suriname dengan Pemerintah Republik Indonesia, khususnya melalui pertukaran kegiatan kebudayaan dengan Daerah Istimewa Yogyakarta masih terbuka lebar. Secara formal telah dituangkan dalam Naskah Persetujuan antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Republik Suriname (15 Oktober 1997) dan secara faktual Yogyakarta adalah pusat kebudayaan Jawa yang masih terpelihara hingga kini. Oleh karena itu tidak berlebihan jika secara historis warga masyarakat Suriname memiliki cri-ciri budaya Jawa dapat mencari akar kebudayaannya di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta.

Ekspektasi

Suatu bentuk kerjasama antar negara sngat tergantung dengan kebutuhan dan manfaat yang akan diperoleh di antara para pihak itu, baik secara politik, ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi, maupun kebudayaan. Kerja sama kebudayaan yang secara formal telah disetujui antara Pemerintah Republik Indonesia dengan Pemerintah Republik Suriname seyogyanya terus dipupuk, dilestarikan, dan dikembangkan sesuai dengan kemampuan msing-masing negara. Bentuk-bentuk kegiatan yang telah dan pernah dilakukan sebaiknya menjadi acuan dalam perencanaan dan pengembangan pada masa-masa yang akan datang.

Kerja sama kebudayaan seperti tertuang dalam Naskah Persetujuan itu pada kenyataannya belum seluruhnya dapat diwujudkan setelah berjalan sekitar 12 tahun. Salah satu peluang yang masih terbuka lebar adalah kerja sama di bidang pendidikan, khususnya pendidikan seni dan budaya. Di wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki ribuan kelompok sanggar-sanggar seni, puluhan sekolah menengah kejuruan seni, dan beberapa perguruan tinggi seni. Ketersediaan sumber daya yang dimiliki oleh wilayah DIY siap untuk mengikuti misi kesenian, lawatan budaya, maupun pertukaran budaya dengan berbagai pihak, baik di dalam maupun di luar negeri.

Yogyakarta, 25 Juni 2009

djoko dwiyanto/disbud DIY

CURRICULUM VITAE

Nama : DJOKO DWIYANTO

NIP : 131122835

Tempat & Tgl. Lahir : Yogyakarta, 7 Maret 1953

Alamat Rumah : Jl. Amerta Raya 46, Jombor Indah, Yogyakarta.55284.

Telp./Fax Rumah : 0274-868287

Alamat Kantor : Jl. Cendana 11, Yogyakarta.

Telp. Kantor : 0274-554807

Fax. Kantor : 0274-564945

E-mail : djoko_dwiyanto@yahoo.com

Pangkat/Gol. : Pembina Utama Muda/IVC

Jabatan : Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi DIY.

PENDIDIKAN

Nama Perguruan Tinggi

Tempat Pendidikan

Jenjang

Thn.Lulus

Universitas Gadjah Mada dan Universitas Indonesia

Yogyakarta dan Jakarta

Sarjana / S1

1981

Universitas Gadjah Mada

Yogyakarta

Pascasarjana/S2

2004

Universitas Gadjah Mada

Yogyakarta

Doktor/S3

2009

PENGALAMAN KERJA (di lingkungan UGM)

Nama/Jenis Pekerjaan/Jabatan

Tempat

Waktu

  1. Kabid. Pendidikan dan Latihan KKN-UGM
  2. Kabid. Evaluasi dan Pengembangan KKN-UGM
  3. Sekretaris Jurusan Arkeologi, Fakultas Sastra UGM
  4. Komisi Pertimbangan Pengabdian

LPM-UGM

  1. Sekretaris Koordinator Program DIII Fakultas Sastra UGM
  2. Ketua Jurusan Arkeologi

FS-UGM

  1. Wakil Koordinator Program AA-PEKERTI UGM
  2. Sekretaris Tim Pengelola Program AA - PEKERTI UGM
  3. Peneliti pada Pusat Penelitian Kebudayaan dan Perubahan Sosial
  4. Peneliti pada Pusat Studi Wanita UGM
  5. Peneliti pada Pusat Studi Pancasila
  6. Sekretaris Pusat Pengembangan Pendidikan
  7. Tim Konsultan Pengembangan Pendidikan

UGM-Yogyakarta

UGM-Yogyakarta

UGM-Yogyakarta

UGM-Yogyakarta

UGM-Yogyakarta

UGM-Yogyakarta

UGM-Yogyakarta

UGM-Yogyakarta

UGM-Yogyakarta

UGM-Yogyakarta

UGM-Yogyakarta

UGM-Yogyakarta

UGM Yogyakarta

1985-1990

1990-1992

1986-1990

1992-1995

1995-1998

1994-1995

1999-2003

2001-2002

2002-2005

1999-2005

2000-2005

2001-sekarang

2005 – 2008

2008 - skrg

KARYA ILMIAH/PUBLIKASI (3 tahun terakhir):

1. Kepemimpinan Hamengkubuwono V dalam Serat Jatipusaka Makutharaja. Suatu Kajian Filoarkeologi, Disertasi, Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 2009.

2. Kraton Yogyakarta. Sejarah, Nasionalisme, dan Teladan Perjuangan, Yogyakarta: Paradigma Indonesia, 2009.

3. Ensiklopedi Serat Centhini, Yogyakarta : Panji Pustaka, 2008.

4. Keraton Surakarta, Yogyakarta : Panji Pustaka, 2008.

5. Kecerdasan Kolektif. Sistem Kepemimpinan berdasarkan Nilai Luhur Budaya Tradisional, 2007 (dalam proses cetak)

6. Serat Pustoko Rojo Purwo, Yogyakarta: Pura Pustaka, 2006

7. Cokromanggilingan, Pandangan Hidup Masyarakat Jawa,Yogyakarta, Media,2006.

8. Filsafat Jawa. Ajaran Hidup yang berdasarkan Nilai Kebijakan Tradisional,

Yogyakarta: Panji Pustaka, 2006.

9. Perguruan Ilmu Makrifat Jawa, Yogyakarta: Media Abadi, 2005.

10. Ensiklopedi Budaya Jawa, Yogyakarta: Media Abadi, 2005

ARTIKEL DIPUBLIKASIKAN:

1. “Kelestarian Budaya dan Lingkungan”, Majalah Warta Konservasi, Vol. 9, No. 1, April 2008, hlm. 1 – 3 dan 24, Balai Konservasi Sumber daya Alam, Yogyakarta.

2. ”Menelusuri Kebenaran letusan Gunung Merapi 1006”, (bersama: Supriati Dwi Andreastuti dan Chris Newhall), dalam Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 1 No. 4, Desember 2006, hlm. 201 – 207.

3. “Intrik dan Konflik pada masa Jawa Kuna”, REGOL, Buletin Pelestarian, 2004.

4. “Perubahan Konsep Gender dalam Seni Batik Tradisional Pedalaman dan Pesisiran”,

HUMANIORA, Vol. XIV, No.2/2002, hlm. 151-164.

5.. ”Tinjauan atas Artefak Emas dalam Unsur Kebudayaan Universal” dalam Buku Koleksi Emas Museum Sonobudoyo, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Departemen PendidikanNasional Republik Indonesia, 2000, hlm. 32 – 44.

6. ”Studi Kajian Wanita (Gender) dalam Bidang Arkeologi”, Majalah ARTEFAK, No. 20, Agustus 1998, hlm. 5 – 23.

AKTIVITAS PENELITIAN DAN PENGABDIAN:

No.

NAMA INSTANSI/LEMBAGA

POSISI/KEDUDUKAN

TAHUN

1.

Pusat Studi Wanita UGM

Peneliti

1998 - 2005

2.

Pusat Studi Kebudayaan UGM

Peneliti

1998 - 2007

3.

Pusat Studi Pancasila UGM

Peneliti

2005 skrg

4.

STUPPA Indonesia

Konsultan Ahli/Peneliti

1994 – skrg

5.

Museum Negeri Sonobudoyo

Koordinator Kegiatan:

1. Inventarisasi dan

Dokumentasi Koleksi

2. Pengkajian Artefak

3. Pengkajian Naskah

2006 – skrg

6.

Dinas Kebudayaan DIY

1. Tim Kegiatan

2. Tim TBPK

3. Mitrabestari

2000 – 2008

7.

Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya

Kota Yogyakarta

Tim Pelaksana Kegiatan

2003 – skrg

AKTIVITAS PENGEMBANGAN PENDIDIKAN:

1. Koordinator Pelaksana Penataran dan Pelatihan Applied Approach dan PEKERTI di UGM, (1999 – sekarang).

2. Anggota Tim Quality Assurance, Direktorat Akademik, Ditjen. Dikti, Depdiknas (2005 – 2008).

3. Anggota Tim Kantor Jaminan Mutu, Universitas Gadjah Mada (2007 – sekarang).

4. Pusat Pengembangan Pendidikan Universitas Gadjah Mada, (Sekretaris: 2005 – 2008 dan Tim Konsultan 2008 – sekarang).

5. Instruktur Pelatihan Student-Centered Learning, Student Assessment, dan Tutorial Universitas Gadjah Mada.

PENGALAMAN ORGANISASI:

A. Kemahasiswaan/Kampus/Profesi:

1. Ketua Himpunan Mahasiswa Arkeologi (HIMA) 1972 - 1973

2. Ketua POSMA (OPSPEK) Fakultas Sastra dan Kebudayaan UGM tahun 1974

3. Ketua Komisariat Dewan Mahasiswa (KODEMA) Fakultas Sastra dan Kebudayaan UGM 1974 – 1976.

4. Penasihat Majalah Mahasiswa Arkeologi (ARTEFAK) 1983 – 1999

5. Pendamping Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan (1981 – 1986; 1986 – 1992; 1992 – 1996; 2002 – 2008).

6. Ketua Ikatan Alumni Sastra dan Kebudayaan (IKASASDAYA) 2001 – 2003, 2003 – 2008, dan 2008 - 2013.

7. Pengurus Pusat Harian KAGAMA 2005 – 2009

8. Ketua Panitia Dies Natalis Universitas Gadjah Mada ke-56 tahun 2005

9. Ketua Umum Koperasi Pegawai Universitas Gadjah mada “KOKELGAM” 1992 – 2006 (14 tahun)

10. Pengurus Unit KORPRI Universitas Gadjah Mada 1999 – 2005

11. Pengurus KORPAGAMA Pusat 2005 – 2009 (Pengganti Korpri di UGM)

12. Ketua IKATAN AHLI ARKEOLOGI INDONESIA (IAAI) Komisariat Daerah Yogyakarta Jawa Tengah periode 2005 2008

B. Organisasi Sosial /Kemasyarakatan:

1. Ketua Karang Taruna Desa Sinduadi, Kec. Mlati, Kab. Sleman 1990 – 1995

2. Ketua Rukun Warga (RW) 23, Jombor Kidul, Sinduadi, Mlati, Sleman (1987 – 1999).

3. Ketua Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD) Desa Sinduadi, tahun 1995 –

2005.

4. Ketua Panitia Pemilihan Badan Perwakilan Desa (BPD) Desa Sinduadi, tahun 2000.

5. Ketua Panitia Pemilihan Kepala Desa Sinduadi tahun 2007.

6. Ketua Yayasan Melati (Menuju Lancarnya Tauhid Islami) 1996 – sekarang

7. Ketua Paguyuban Trah Prawiralayan, Yogyakarta (1987 – sekarang)

8. Sekretaris Yayasan Singalodra Adikarta (Trah Singalodra Adikarta): 2001 – sekarang

9. Ketua Dewan Koperasi Indonesia Daerah Kabupaten Sleman (1998 – 2004, 2004 – 2009, dan 2009 - 2014).

Yogyakarta, 25 Juni 2009

Penyusun,

Djoko Dwiyanto.

7

1 comment:

  1. masih dibutuhkan guru bahasa jawa di suriname ga?
    kalau masih saya siap untuk mengajar disana. kebetulan saya dulu kuliahnya ambil jurusan pendidikan bahasa jawa. ini e-mail saya : arnadoyoga@yahoo.com

    ReplyDelete