1. Kecamatan Minggir terdiri dari lima desa yaitu Desa Sendangarum, Desa Sendangmulyo, Desa Sendangagung, Desa Sendangsari, dan Desa Sendangrejo.
Desa Sendangmulyo termasuk salah satu Desa Budaya yang mempunyai potensi wisata alam dan kerajinan bambu serta kesenian.
Benda cagar budaya yang ada di Kecamatan Minggir adalah Situs Punden, lokasinya di Desa Sendangrejo, periodisasinya Masa Klasik, berupa sisa pondasi bangunan candi.
2. Potensi kesenian yang ada di Kecamatan Minggir adalah sebagai berikut :
- Jatilan
Terdapat di Desa Sendangsari, Desa Sendangmulyo, dan Desa Sendangagung.
Organisasi tertua Krida Anom, terdapat di Tengahan IX Desa Sendangagung, berdiri pada tahun 1984.
- Karawitan
Terdapat di Desa Sendangsari, Desa Sendangmulyo, Desa Sendangagung, dan Sendangrejo.
Organisasi tertua Sekar Madya, terdapat di Minggir II Desa Sendangagung, berdiri pada tahun 1960.
- Slawatan
Terdapat di Desa Sendangsari, Desa Sendangmulyo, Desa Sendangagung, dan Desa Sendangrejo.
Organisasi tertua Nunggal Karsa, terdapat di Krompakan Desa Sendangmulyo, berdiri pada tahun 1967.
- Campursari
Terdapat di Desa Sendangmulyo, Desa Sendangagung, dan Desa Sendangrejo.
Organisasi tertua Asih Tresna, terdapat di Ngemplak Desa Sendangmulyo, berdiri pada tahun 1998.
- Ketoprak
Terdapat di Desa Sendangagung, organisasi tertua Sekar Madya, terdapat di Minggir Desa Sendangagung, berdiri pada tahun 1979.
- Srandul
Terdapat di Desa Sendangrejo, organisasinya Bambu Wirama, terdapat di Klisat Desa Sendangrejo, berdiri pada tahun 1993.
- Hadrah
Terdapat di Parakan Desa Sendangsari, organisasinya Hadrah.
3. Upacara adat yang ada di Kecamatan Minggir adalah Upacara Adat Tunggul Wulung.
Terdapat di Tengahan Desa Sendangagung, pelaksanaannya Jumat Pon sekitar bulan Agustus, pelakunya Trah Juru Kunci dan masyarakat Dusun Tengahan.
Ucapan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa agar diberi rejeki dan dihindarkan dari malapetaka serta menghormati Ki Ageng Tunggul Wulung sekeluarga.
SEKILAS KISAH KI AGENG TUNGGUL WULUNG
ReplyDeleteMakam Ki Ageng Tunggul Wulung berada Dusun Dukuhan Sendang Agung Minggir Sleman.
Berdasar sejarahnya, pada masa Kerajaan Majapahit Beliau sebagai Senopatai, Beliau keturunan penguasa Majapahit.
Beliau pada masa Majapahit bergelar Senopati Sabdojati Among Rogo. Beliau dikenal sebagai sosok yang gagah berani dan merakyat serta diberi berkah kekuatan/kesaktian tenaga fisiknya oleh Allah Swt. Konon setelah Ki Ageng Tunggul Wulung bertempat tinggal dan menjadi warga Sendang Agung Minggir Sleman Yogyakarta, pada suatu waktu terjadi peperangan melawan pemberontak yang memberontak kepada pemerintah Kesultanan Mataram Islam/Keraton Yogyakarta Hadiningrat.
Ki Ageng Tunggul Wulung Tampil sebagai Kesatria melawan Kaum Pemberontak tersebut dan ALHAMDULILLAHI RABBIL ‘AALAMIIN dalam peperangan tersebut pihak pasukan Kearton Yogyakarta yang dibantu Ki Ageng Tunggul Wulung memperoleh kemenangan dalam menumpas kaum pemberontak tersebut. Saat terjadinya peperangan tersebut bersamaan pula Isteri Beliau yang bernama Raden Ayu Gadhung Mlati sedang hamil mengandung anak Beliau yang nomor 2 yang setelah lahir diberi nama Isma’il.
bersambung . . . .
lanjutan sekilas kisah Ki Ageng Tunggul Wulung
ReplyDeleteSetelah selesai peperangan Ki Ageng Tunggul Wulung beserta keluarga dan masyarakat setempat menjalani kehidupan sebagaimana biasa dalam keadaan normal.Namun demikian, semua yang ada di muka bumi, yang ada di dunia ini semuanya adalah makhluq ciptaan Allah swt, semuanya tidak akan terlepas dari Kekuasaan dan kehendak Allah swt. Kesaktian apapun yang dimiliki manusia, bila manusia telah sampai ajalnya, maka manusia pasti meninggalkan kemewahan dan kesenangan hidup ini, Isteri dan anak-anak yang disayang dan dibanggakan pasti berpisah dan ditinggalkan, harta yang melimpah tidak akan dibawa mati. Ki Ageng Tunggul Wulung meninggal dunia seperti meninggalnya manusia pada umumnya (bukan mukswa) Beliau dipanggil oleh Allah swt untuk menghadap kehadirah Allah swt. Sebesar atau sekecil apapun amal shalih manusia, sebesar atau sekecil apapun jasa kebaikan atau keburukan manusia pasti tidak akan terlepas dari pertanggungjawaban dan akan akan memperoleh balasan di hadapan Allah swt sebagai satu-satunya hakim Yang Maha Adil, Yang Maha Besar dan Maha Bijaksana. Semoga Almarhum mendapatkan Ridha dan Rahmat Allah swt, aamiin yaa Rabbal’aalamiin.
bersambung . . . . ,.
lanjutan sekilas Kisah Ki Ageng Tungul Wulung
ReplyDeleteDari versi Keturunan Ki Ageng Tunggul Wulung yang berada di Jawa Timur Ki Ageng Tunggul Wulung beranak 4 orang yaitu : 1. Juwa Iko (laki-laki); 2. Isma’il (laki-laki); Natu (perempuan); 4. Warso (laki-laki).
Sepeninggal Ki Ageng Tunggul Wulung, ke empat anaknya bertempat tinggal di Ponorogo.
Selanjut ketiga anak Beliau (Juwa Iko, Isma’il, Natu) akhirnya menetap di Desa Wanengpaten Gampengrejo Kediri Jawa Timur sampai dengan meninggal dunia dan dimakamkan disana.
Juwa Iko memiliki anak diantaranya H. Mukthi yang kebetulan mendapatkan berkah sekaligus amanah dari Allah menjadi Kepala Desa Wanengpaten pada waktu itu, keturunan H. Mukthi sangat banyak di Wanengpaten Kecamatan Kediri yang selanjutnya menyebar/ada yang pindah menetap di berbagai daerah di Indonesia.
Demikian juga Isma’il mendapatkan berkah sekaligus amanah dari Allah, diantara anaka Isma’il yang bernama H. Hasan yang kemudian bersama masyarakat Wanengpaten Gampengrejo Kediri mendirikan masjid dan Madrasah Ibtida’iyah, Pondok Pesantren di desa tersebut, sampai sekarang masih ada dan berfungsi. Masjid dan dan Madrasah Ibtidaiyah di Desa Wanengpaten tersebut bernama Miftahul Huda.
Keturuan Isma’il bin Ki Ageng Tunggul Wulung sangat banyak di Wanengpaten Gampengrejo Kediri yang selanjutnya menyebar/ada yang pindah menetap di berbagai daerah di Indonesia. Bahkan keturunan Isma’il ada waktu itu berada dan menetap di Singapura.
Adapun Natu sampai ajalnya tidak memiliki keturunan karena tidak menikah. Adapun Warso akhirnya menetap di Jiwan Madiun Jawa Timur beserta keturunannya yang kemudian keturunannya juga ada yang menyebar di daerah lain di Indonesia.
Sehingga sampai saat ini Keturunan Ki Ageng Tunggul Wulung ada yang di Kediri, Ngajuk, Tulungagung, Banyuwangi, Surabaya, Madiun, Ponorogo, Magetan, Sleman, DIY, Lampung, DKI Jakarta, Kalimantan
Walupun tidak mungkin dihindari adanya pepatah ibarat tak ada gading yang tak retak, tidak semua madu terjamin benar-benar murni, tidak perlu dimungkiri mungkin ada juga sebagian keturunan Ki Ageng Tunggul Wulung yang kurang sempurna/kurang baik sebagai manusia biasa.
Demikian, sekilas kisah Ki Ageng Tunggul Wulung yang sangat singkat ini, Insya’ Allah akan ada penyempurnyaan yang lebih lengkap.
Silakan dikoreksi, diperbaiki, disempurnakan, DAN MINTA MAAF ATAS KEKELIRUAN DALAM TULISAN INI.
SEKILAS KISAH KI AGENG TUNGGUL WULUNG
ReplyDeleteMakam Ki Ageng Tunggul Wulung berada Dusun Dukuhan Sendang Agung Minggir Sleman.
Berdasar sejarahnya, pada masa Kerajaan Majapahit Beliau sebagai Senopatai, Beliau keturunan penguasa Majapahit.
Beliau pada masa Majapahit bergelar Senopati Sabdojati Among Rogo. Beliau dikenal sebagai sosok yang gagah berani dan merakyat serta diberi berkah kekuatan/kesaktian tenaga fisiknya oleh Allah Swt. Konon setelah Ki Ageng Tunggul Wulung bertempat tinggal dan menjadi warga Sendang Agung Minggir Sleman Yogyakarta, pada suatu waktu terjadi peperangan melawan pemberontak yang memberontak kepada pemerintah Kesultanan Mataram Islam/Keraton Yogyakarta Hadiningrat.
Ki Ageng Tunggul Wulung Tampil sebagai Kesatria melawan Kaum Pemberontak tersebut dan ALHAMDULILLAHI RABBIL ‘AALAMIIN dalam peperangan tersebut pihak pasukan Kearton Yogyakarta yang dibantu Ki Ageng Tunggul Wulung memperoleh kemenangan dalam menumpas kaum pemberontak tersebut. Saat terjadinya peperangan tersebut bersamaan pula Isteri Beliau yang bernama Raden Ayu Gadhung Mlati sedang hamil mengandung anak Beliau yang nomor 2 yang setelah lahir diberi nama Isma’il.
Setelah selesai peperangan Ki Ageng Tunggul Wulung beserta keluarga dan masyarakat setempat menjalani kehidupan sebagaimana biasa dalam keadaan normal.Namun demikian, semua yang ada di muka bumi, yang ada di dunia ini semuanya adalah makhluq ciptaan Allah swt, semuanya tidak akan terlepas dari Kekuasaan dan kehendak Allah swt. Kesaktian apapun yang dimiliki manusia, bila manusia telah sampai ajalnya, maka manusia pasti meninggalkan kemewahan dan kesenangan hidup ini, Isteri dan anak-anak yang disayang dan dibanggakan pasti berpisah dan ditinggalkan, harta yang melimpah tidak akan dibawa mati. Ki Ageng Tunggul Wulung meninggal dunia seperti meninggalnya manusia pada umumnya (bukan mukswa) Beliau dipanggil oleh Allah swt untuk menghadap kehadirah Allah swt. Sebesar atau sekecil apapun amal shalih manusia, sebesar atau sekecil apapun jasa kebaikan atau keburukan manusia pasti tidak akan terlepas dari pertanggungjawaban dan akan akan memperoleh balasan di hadapan Allah swt sebagai satu-satunya hakim Yang Maha Adil, Yang Maha Besar dan Maha Bijaksana. Semoga Almarhum mendapatkan Ridha dan Rahmat Allah swt, aamiin yaa Rabbal’aalamiin.
ReplyDeleteDari versi Keturunan Ki Ageng Tunggul Wulung yang berada di Jawa Timur Ki Ageng Tunggul Wulung beranak 4 orang yaitu : 1. Juwa Iko (laki-laki); 2. Isma’il (laki-laki); Natu (perempuan); 4. Warso (laki-laki).
ReplyDeleteSepeninggal Ki Ageng Tunggul Wulung, ke empat anaknya bertempat tinggal di Ponorogo.
Selanjut ketiga anak Beliau (Juwa Iko, Isma’il, Natu) akhirnya menetap di Desa Wanengpaten Gampengrejo Kediri Jawa Timur sampai dengan meninggal dunia dan dimakamkan disana.
Juwa Iko memiliki anak diantaranya H. Mukthi yang kebetulan mendapatkan berkah sekaligus amanah dari Allah menjadi Kepala Desa Wanengpaten pada waktu itu, keturunan H. Mukthi sangat banyak di Wanengpaten Kecamatan Kediri yang selanjutnya menyebar/ada yang pindah menetap di berbagai daerah di Indonesia.
Demikian juga Isma’il mendapatkan berkah sekaligus amanah dari Allah, diantara anaka Isma’il yang bernama H. Hasan yang kemudian bersama masyarakat Wanengpaten Gampengrejo Kediri mendirikan masjid dan Madrasah Ibtida’iyah, Pondok Pesantren di desa tersebut, sampai sekarang masih ada dan berfungsi. Masjid dan dan Madrasah Ibtidaiyah di Desa Wanengpaten tersebut bernama Miftahul Huda.
ReplyDeleteKeturuan Isma’il bin Ki Ageng Tunggul Wulung sangat banyak di Wanengpaten Gampengrejo Kediri yang selanjutnya menyebar/ada yang pindah menetap di berbagai daerah di Indonesia. Bahkan keturunan Isma’il ada waktu itu berada dan menetap di Singapura.
Adapun Natu sampai ajalnya tidak memiliki keturunan karena tidak menikah. Adapun Warso akhirnya menetap di Jiwan Madiun Jawa Timur beserta keturunannya yang kemudian keturunannya juga ada yang menyebar di daerah lain di Indonesia.
Sehingga sampai saat ini Keturunan Ki Ageng Tunggul Wulung ada yang di Kediri (Desa Wanengpaten Kec. Gampengrejo Kab. Kediri Jawa Timir), Ngajuk, Tulungagung, Banyuwangi, Surabaya, Madiun, Ponorogo, Magetan, Sleman, DIY, Lampung, DKI Jakarta, Kalimantan
ReplyDeleteWalupun tidak mungkin dihindari adanya pepatah ibarat tak ada gading yang tak retak, tidak semua madu terjamin benar-benar murni, tidak perlu dimungkiri mungkin ada juga sebagian keturunan Ki Ageng Tunggul Wulung yang kurang sempurna/kurang baik sebagai manusia biasa.
Demikian, sekilas kisah Ki Ageng Tunggul Wulung yang sangat singkat ini, Insya’ Allah akan ada penyempurnyaan yang lebih lengkap.
Silakan dikoreksi, diperbaiki, disempurnakan, DAN MINTA MAAF ATAS KEKELIRUAN DALAM TULISAN INI.
Ki Ageng Tunggul Wulung meninggal dunia seperti meninggalnya manusia pada umumnya (bukan mukswa) Beliau dipanggil oleh Allah swt untuk menghadap kehadirah Allah swt. Sebesar atau sekecil apapun amal shalih manusia, sebesar atau sekecil apapun jasa kebaikan atau keburukan manusia pasti tidak akan terlepas dari pertanggungjawaban dan akan akan memperoleh balasan di hadapan Allah swt sebagai satu-satunya hakim Yang Maha Adil, Yang Maha Besar dan Maha Bijaksana. Semoga Almarhum mendapatkan Ridha dan Rahmat Allah swt, aamiin yaa Rabbal’aalamiin.
ReplyDeleteDari versi Keturunan Ki Ageng Tunggul Wulung yang berada di Jawa Timur Ki Ageng Tunggul Wulung beranak 4 orang yaitu : 1. Juwa Iko (laki-laki); 2. Isma’il (laki-laki); Natu (perempuan); 4. Warso (laki-laki).
Sepeninggal Ki Ageng Tunggul Wulung, ke empat anaknya bertempat tinggal di Ponorogo.
Selanjut ketiga anak Beliau (Juwa Iko, Isma’il, Natu) akhirnya menetap di Desa Wanengpaten Gampengrejo Kediri Jawa Timur sampai dengan meninggal dunia dan dimakamkan disana.
Sehingga sampai saat ini Keturunan Ki Ageng Tunggul Wulung ada yang di Kediri (Desa Wanengpaten Kec. Gampengrejo Kab. Kediri Jawa Timir), Ngajuk, Tulungagung, Banyuwangi, Surabaya, Madiun, Ponorogo, Magetan, Sleman, DIY, Lampung, DKI Jakarta, Kalimantan