MUSEUM
DEWANTARA KIRTI GRIYA SEBAGAI OBYEK DAN DAYA TARIK WISATA BUDAYA
PENDAHULUAN
Pengembangan Pariwisata di DIY dilaksanakan dengan
pembagian Propinsi DIY menjadi lima Kawasan Pengembangan Pariwisata
(KPP). Untuk KPP Kota Yogyakarta arahan pengembangannya adalah Wisata
Budaya dan Wisata Minat Khusus. Hal ini sesuai dengan potensi Kota
Yogyakarta, yaitu:
5 dari 13 Kawasan Cagar Budaya di DIY berada di Kota
Yogyakarta
7 dari 8 tempat pertunjukan kesenian berada di Kota
Yogyakarta
16 dari 22 museum di DIY berada di Kota Yogyakarta
Museum
merupakan sebuah lembaga yang bersifat permanen, melayani kepentingan
masyarakat dan kemajuannya, terbuka untuk umum, tidak bertujuan
mencari keuntungan yang mengumpulkan, memelihara, meneliti,
memamerkan, dan mengkomunikasikan benda-benda pembuktian material
manusia dan lingkungannya, untuk tujuan-tujuan studi, pendidikan, dan
rekreasi (FFJ Schouten, PengantarDidaktik Museum,Jakarta,Proyek
Pembinaan Permuseuman, Ditjen Kebudayaaan, 1992: 3).
Kebijaksanaan
permuseuman sejak tahun 1997 dipegang oleh Dinas Kebudayaan Propinsi
DIY. Namun sebelumnya pada tahun 1971 telah berdiri Badan Musyawarah
Musea (Barahmus) DIY dan pada 28 Oktober 1998 berdiri Badan
Musyawarah Museum-Museum Indonesia (BMMI) yang telah menjadi anggota
Internasional Council of Museum (ICOM).
Museum sebagai
salah satu potensi budaya di DIY ternyata sering terabaikan oleh para
pelaku wisata dan pendapatan sektor museum menempati urutan kelima
dari tujuh sub sektor pariwisata.
PENDAPATAN
SUB SEKTOR PARIWISATA DI DIY
PADA
TAHUN 1994-1996
NO. | SEKTOR | 1994 | 1995 | 1996 |
1 | Pajak | 17% | 31,9% | 58,4% |
2 | Obyek | 17,1% | 17,2% | 17,6% |
3 | Bioskop | 41,7% | 32,6% | 14,1% |
4 | Pajak | 17,5% | 12,6% | 4,1% |
5 | Museum | 3,6% | 3,1% | 3,4% |
6 | Atraksi | 2,8% | 2,5% | 2,3% |
7 | Ijin | 0,3% | 0,3% | 0,1% |
Sumber: Bappeda Prop. DIY
Dengan mengetahui keadaan tersebut kami mengkaji keberadaan museum di
DIY dengan memilih Museum Dewantara Kirti Griya karena:
Museum Dewantara Kirti Griya setelah mengalami
rehabilitasi namun masih terlihat sepi.
Museum yang bernilai sejarah tinggi yang bisa dikatakan
mempunyai potensi menjadi Museum Nasional namun keberadaanya
terabaikan.
II
KEADAAN MUSEUM SAAT INI
Museum Dewantara
Kirty Griya terletak dalam kesatuan komplek Pendopo Agung Taman Siswa
di jalan Tamansiswa, Kelurahan Wirogunan, Kecamatan Mergangsan, Kota
Yogyakarta. Pendopo tersebut oleh Majelis Luhur Tamansiswa dinyatakan
sebagai Monumen Persatuan Tamansiswa, menyatu dengan Museum Dewantara
Kirty Griya.
Bangunan museum adalah bekas kediaman Orang Belanda yang
ditempati Ki Hadjar Dewantara sekeluarga dari tahun 1938 sampai
dengan tahun 1958. Letak rumah memang menghadap ke barat namun
praktis sejak dihuni Ki Hadjar Dewantara, jalan masuk dari arah
selatan (samping) melalui halaman pendopo letak ruang tamu pun ada di
sisi bagian selatan, sehingga benar-benar terlihat dan terasa satunya
kediaman Ki Hadjar Dewantara dengan pendopo agung beserta komplek
kegiatan edukatif kultural yang dulu disebut Perguruan Tamansiswa
Mataram, kemudian beralih nama Ibu Pawiyatan Tamansiswa, yang
berarti induk atau Pusat Perguruan Taman Siswa yang dipimpin langsung
oleh Ki Hadjar Dewantara.
Pada dasarnya koleksi museum Dewantara Kirty Griya
terdiri atas :
Bangunan/rumah
dalam kompleks perguruan Tamansiswa Yogyakarta.
mempunyai luas bangunan 300 m², berdiri di atas tanah 2.720 m².
Bangunan dan tanah dicatat dalam buku Register Angka 1383/IH tahun
1926. Bangunan didirikan pada tahun 1915 dengan material kualitas
prima.
Kumpulan
surat menyurat Ki Hadjar Dewantara.
Hingga hari ini surat yang menjadi koleksi museum berjumlah 879 pucuk
surat. Berkat bantuan Arsip Nasional Republik Indonesia di Jakarta,
kumpulan surat-surat telah dikonservasi dengan tehnik tinggi. Selain
itu telah dibuat mikro film dan disimpan di Arsip Nasional Jakarta;
sedangkan aslinya tetap menjadi koleksi museum Dewantara Kirty Griya.
Perlengkapan
rumah tangga.
Sebagian besar hasil dari pembelian sebidang tanah dan bangunan yang
berada dalam kompleks Tamansiswa jalan Tamansiswa 31 Yogyakarta,
antara lain : tempat tidur, meja tulis, meja-kursi tamu, pesawat
telepon buatan Kellog 1927 Swedia, lemari buku, radio dan lemari.
Dokumentasi
foto.
Foto-foto diawali pada tahun 1904. Koleksi ini telah direproduksi
serta sebagian besar direkam dalam slide. Selain itu museum memiliki
satu unit film dengan judul Ki Hadjar Dewantara, Pahlawan Nasional.
Film ini di buat oleh PFN tahun 1960 dengan ukuran 33 mm dan lama
putar 80 menit. Berkat kemajuan teknologi film dipindah ke kaset
video, dan di hidangkan pada para pengunjung dalam ruangan khusus,
walaupun kondisinya tidak sempurna, namun masih dapat di dengar logat
dan warna nada pembicaraan beliau.
Pustaka
dalam berbagai tulisan dan bahasa.
Penempatan pustaka :
Di
museum Dewantara Krity Griya meliputi ketamansiswaan, politik,
kebudayaan dan pendidikan, yang berjumlah 2341 judul buku.
Di
perpustakaan museum meliputi Sastra Daerah Jawa (3560 judul), Melayu
(423 judul), Bahasa Belanda (3789 judul).
Museum Dewantara Krity Griya dilengkapi dengan perpustakaan museum.
Jam buka museum pada hari kerja mulai pukul 08.00-13.00 WIB. Hari
Jumat buka pukul 08.00-11.00 WIB dan hari sabtu pukul 08.00-12.00
WIB. Pada hari Minggu dan hari besar tutup. Tapi apabila ada
permintaan berkunjung secara tertulis beberapa hari sebelumnya diluar
jadwal tersebut dapat di layani.
Biaya untuk masuk museum bersifat sukarela, bantuan sukarela
digunakan untuk biaya pemeliharaan. Museum Dewantara Kirty Griya
dikelola oleh Yayasan Persatuan Perguruan Tamansiswa, bidang
pendidikan dan kebudayaan Majelis Lulur Tamansiswa.
Adapun susunan pengurus Museum Dewantara Kirty Griya:
Pembina : 1. Ki Dr. Supriyoko, M.Pd (Ketua Bidang
Pendidikan dan Kebudayaan Majelis Luhur Taman Siswa)
2. Ki Nayono (Almarhum)
Ketua : Ki Nayono (Almarhum)
Panitera : Nyi Sri Muryani
III.
KEKUATAN, KELEMAHAN, PELUANG dan TANTANGAN
KEKUATAN
Museum
Dewantara Kirty Griya mempunyai nilai sejarah yang tinggi dan
merupakan museum sejarah lahirnya pendidikan yang bersifat nasional
di Indonesia.
Mempunyai cukup banyak potensi untuk dikembangkan dan
diusulkan menjadi salah satu dari museum nasional.
Museum terletak pada lokasi yang strategis dan mudah
dijangkau
Mempunyai peralatan multimedia (VCD, Slide Proyektor,
Video) untuk menampilkan film tentang Ki Hadjar Dewantara
Keberadaan perpustakaan yang mendukung keberadaan
museum
Koleksi museum yang begitu lengkap
Kebijaksanan
pemerintah di bidang pariwisata dan pendidikan –Wajib
kunjung museum bagi pelajar dan mahasiswa-.
Potensi atraksi pendukung berupa latihan tari dan
pameran di Pendopo Agung Taman Siswa yang sudah teratur
B.
KELEMAHAN
Luas area yang sangat sempit bagi pengembangan museum
Keterbatasan ruang untuk menampilpajangkan seluruh
koleksi museum
Kerusakan koleksi museum yang tersimpan di gudang
akibat keterbatasan ruang
Standart operating procedure pemanduan belum ada
Sarana museum sebagai obyek dan daya tarik wisata
budaya masih kurang; antara lain: tiket box, wahana interpretasi
bagi wisatawan
Perlindungan benda koleksi terhadap manusia dan alam
masih kurang
Keterbatasan
dana pengembangan dan
pengelolaan museum
Perawatan koleksi masih manual dan sederhana
Kualitas SDM yakni petugas museum masih kurang
Jumlah/kuantitas petugas masih kurang saat musim
liburan
C. PELUANG
Pasar
sasaran potensial yaitu siswa Perguruan Taman Siswa yang berkunjung
setiap hari libur
b. Pendopo Agung Tamansiswa yang layak dijadikan gedung pertemuan
umum sekaligus mengajak mereka mengunjungi museum.
D. ANCAMAN
Obyek wisata lain yang sejenis dan lebih berkembang
serta menarik
Apresiasi
pengunjung terhadap museum dan
koleksinya yang masih kurang, misal memegang-megang benda koleksi,
membolak-balik buku koleksi.
IV.
PROGRAM PENGEMBANGAN
Mencari sumber dana dengan
mengadakan tiket box bagi pengunjung ataupun bekerjasama dengan
berbagai LSM dan memanfaatkan Pendopo Agung Tamansiswa
sebagai Gedung Pertemuan umum.
Menjadi anggota/bekerjasama dengan museum lain dalam organisasi
daerah, nasional maupun internasional.
Pengiriman petugas pada berbagai pembinaan permuseuman.
Penambahan tenaga saat libur sekolah dengan menerima siswa PKL.
Pembuatan Wahana Interpretasi bagi pengunjung
Penambahan ruang audio visual dengan dilengkapi semacam café
(museum café) dan didukung keberadaan perpustakaan
Pembuatan perangkat perlindungan koleksi.
Aktif dalam berbagai pameran.
Pengadaan cindera mata khas sebagai pelestari kesan.
10. Mengadakan kegiatan yang aspek
demonstratifnya tinggi dengan melibatkan pasar sasaran yang
dituju-lomba lukis dengan tema-tema tertentu-.
halaman 1
dari 14
No comments:
Post a Comment