c

Friday, 20 March 2009

museumdewantarakirtigriyasebagaiodtwbudaya1








MUSEUM
DEWANTARA KIRTI GRIYA SEBAGAI OBYEK DAN DAYA TARIK WISATA BUDAYA




  1. PENDAHULUAN








Pengembangan Pariwisata di DIY dilaksanakan dengan
pembagian Propinsi DIY menjadi lima Kawasan Pengembangan Pariwisata
(KPP). Untuk KPP Kota Yogyakarta arahan pengembangannya adalah Wisata
Budaya dan Wisata Minat Khusus. Hal ini sesuai dengan potensi Kota
Yogyakarta, yaitu:




  1. 5 dari 13 Kawasan Cagar Budaya di DIY berada di Kota
    Yogyakarta



  2. 7 dari 8 tempat pertunjukan kesenian berada di Kota
    Yogyakarta



  3. 16 dari 22 museum di DIY berada di Kota Yogyakarta



Museum
merupakan sebuah lembaga yang bersifat permanen, melayani kepentingan
masyarakat dan kemajuannya, terbuka untuk umum, tidak bertujuan
mencari keuntungan yang mengumpulkan, memelihara, meneliti,
memamerkan, dan mengkomunikasikan benda-benda pembuktian material
manusia dan lingkungannya, untuk tujuan-tujuan studi, pendidikan, dan
rekreasi (FFJ Schouten, PengantarDidaktik Museum,Jakarta,Proyek
Pembinaan Permuseuman, Ditjen Kebudayaaan, 1992: 3).


Kebijaksanaan
permuseuman sejak tahun 1997 dipegang oleh Dinas Kebudayaan Propinsi
DIY. Namun sebelumnya pada tahun 1971 telah berdiri Badan Musyawarah
Musea (Barahmus) DIY dan pada 28 Oktober 1998 berdiri Badan
Musyawarah Museum-Museum Indonesia (BMMI) yang telah menjadi anggota
Internasional Council of Museum (ICOM).


Museum sebagai
salah satu potensi budaya di DIY ternyata sering terabaikan oleh para
pelaku wisata dan pendapatan sektor museum menempati urutan kelima
dari tujuh sub sektor pariwisata.


PENDAPATAN
SUB SEKTOR PARIWISATA DI DIY


PADA
TAHUN 1994-1996

































































NO.



SEKTOR



1994



1995



1996



1



Pajak
pembangunan I



17%



31,9%



58,4%



2



Obyek
wisata



17,1%



17,2%



17,6%



3



Bioskop



41,7%



32,6%



14,1%



4



Pajak
tontonan



17,5%



12,6%



4,1%



5



Museum



3,6%



3,1%



3,4%



6



Atraksi



2,8%



2,5%



2,3%



7



Ijin
usaha, restribusi losmen, dan RHU



0,3%



0,3%



0,1%




Sumber: Bappeda Prop. DIY



Dengan mengetahui keadaan tersebut kami mengkaji keberadaan museum di
DIY dengan memilih Museum Dewantara Kirti Griya karena:




  1. Museum Dewantara Kirti Griya setelah mengalami
    rehabilitasi namun masih terlihat sepi.



  2. Museum yang bernilai sejarah tinggi yang bisa dikatakan
    mempunyai potensi menjadi Museum Nasional namun keberadaanya
    terabaikan.












II
KEADAAN MUSEUM SAAT INI



Museum Dewantara
Kirty Griya terletak dalam kesatuan komplek Pendopo Agung Taman Siswa
di jalan Tamansiswa, Kelurahan Wirogunan, Kecamatan Mergangsan, Kota
Yogyakarta. Pendopo tersebut oleh Majelis Luhur Tamansiswa dinyatakan
sebagai Monumen Persatuan Tamansiswa, menyatu dengan Museum Dewantara
Kirty Griya.



Bangunan museum adalah bekas kediaman Orang Belanda yang
ditempati Ki Hadjar Dewantara sekeluarga dari tahun 1938 sampai
dengan tahun 1958. Letak rumah memang menghadap ke barat namun
praktis sejak dihuni Ki Hadjar Dewantara, jalan masuk dari arah
selatan (samping) melalui halaman pendopo letak ruang tamu pun ada di
sisi bagian selatan, sehingga benar-benar terlihat dan terasa satunya
kediaman Ki Hadjar Dewantara dengan pendopo agung beserta komplek
kegiatan edukatif kultural yang dulu disebut Perguruan Tamansiswa
Mataram, kemudian beralih nama Ibu Pawiyatan Tamansiswa, yang
berarti induk atau Pusat Perguruan Taman Siswa yang dipimpin langsung
oleh Ki Hadjar Dewantara.



Pada dasarnya koleksi museum Dewantara Kirty Griya
terdiri atas :



  1. Bangunan/rumah
    dalam kompleks perguruan Tamansiswa Yogyakarta.




mempunyai luas bangunan 300 m², berdiri di atas tanah 2.720 m².
Bangunan dan tanah dicatat dalam buku Register Angka 1383/IH tahun
1926. Bangunan didirikan pada tahun 1915 dengan material kualitas
prima.





  1. Kumpulan
    surat menyurat Ki Hadjar Dewantara.




Hingga hari ini surat yang menjadi koleksi museum berjumlah 879 pucuk
surat. Berkat bantuan Arsip Nasional Republik Indonesia di Jakarta,
kumpulan surat-surat telah dikonservasi dengan tehnik tinggi. Selain
itu telah dibuat mikro film dan disimpan di Arsip Nasional Jakarta;
sedangkan aslinya tetap menjadi koleksi museum Dewantara Kirty Griya.



  1. Perlengkapan
    rumah tangga.




Sebagian besar hasil dari pembelian sebidang tanah dan bangunan yang
berada dalam kompleks Tamansiswa jalan Tamansiswa 31 Yogyakarta,
antara lain : tempat tidur, meja tulis, meja-kursi tamu, pesawat
telepon buatan Kellog 1927 Swedia, lemari buku, radio dan lemari.



  1. Dokumentasi
    foto.




Foto-foto diawali pada tahun 1904. Koleksi ini telah direproduksi
serta sebagian besar direkam dalam slide. Selain itu museum memiliki
satu unit film dengan judul Ki Hadjar Dewantara, Pahlawan Nasional.
Film ini di buat oleh PFN tahun 1960 dengan ukuran 33 mm dan lama
putar 80 menit. Berkat kemajuan teknologi film dipindah ke kaset
video, dan di hidangkan pada para pengunjung dalam ruangan khusus,
walaupun kondisinya tidak sempurna, namun masih dapat di dengar logat
dan warna nada pembicaraan beliau.



  1. Pustaka
    dalam berbagai tulisan dan bahasa.




Penempatan pustaka :



  1. Di
    museum Dewantara Krity Griya meliputi ketamansiswaan, politik,
    kebudayaan dan pendidikan, yang berjumlah 2341 judul buku.


  2. Di
    perpustakaan museum meliputi Sastra Daerah Jawa (3560 judul), Melayu
    (423 judul), Bahasa Belanda (3789 judul).




Museum Dewantara Krity Griya dilengkapi dengan perpustakaan museum.
Jam buka museum pada hari kerja mulai pukul 08.00-13.00 WIB. Hari
Jumat buka pukul 08.00-11.00 WIB dan hari sabtu pukul 08.00-12.00
WIB. Pada hari Minggu dan hari besar tutup. Tapi apabila ada
permintaan berkunjung secara tertulis beberapa hari sebelumnya diluar
jadwal tersebut dapat di layani.



Biaya untuk masuk museum bersifat sukarela, bantuan sukarela
digunakan untuk biaya pemeliharaan. Museum Dewantara Kirty Griya
dikelola oleh Yayasan Persatuan Perguruan Tamansiswa, bidang
pendidikan dan kebudayaan Majelis Lulur Tamansiswa.



Adapun susunan pengurus Museum Dewantara Kirty Griya:



Pembina : 1. Ki Dr. Supriyoko, M.Pd (Ketua Bidang
Pendidikan dan Kebudayaan Majelis Luhur Taman Siswa)



2. Ki Nayono (Almarhum)



Ketua : Ki Nayono (Almarhum)



Panitera : Nyi Sri Muryani





























III.
KEKUATAN, KELEMAHAN, PELUANG dan TANTANGAN








  1. KEKUATAN





  1. Museum
    Dewantara Kirty Griya mempunyai nilai sejarah yang tinggi dan
    merupakan museum sejarah lahirnya pendidikan yang bersifat nasional
    di Indonesia.



  2. Mempunyai cukup banyak potensi untuk dikembangkan dan
    diusulkan menjadi salah satu dari museum nasional.



  3. Museum terletak pada lokasi yang strategis dan mudah
    dijangkau



  4. Mempunyai peralatan multimedia (VCD, Slide Proyektor,
    Video) untuk menampilkan film tentang Ki Hadjar Dewantara



  5. Keberadaan perpustakaan yang mendukung keberadaan
    museum



  6. Koleksi museum yang begitu lengkap



  7. Kebijaksanan
    pemerintah di bidang pariwisata dan pendidikan –Wajib
    kunjung museum bagi pelajar dan mahasiswa-.



  8. Potensi atraksi pendukung berupa latihan tari dan
    pameran di Pendopo Agung Taman Siswa yang sudah teratur



B.
KELEMAHAN




  1. Luas area yang sangat sempit bagi pengembangan museum



  2. Keterbatasan ruang untuk menampilpajangkan seluruh
    koleksi museum



  3. Kerusakan koleksi museum yang tersimpan di gudang
    akibat keterbatasan ruang









  1. Standart operating procedure pemanduan belum ada



  2. Sarana museum sebagai obyek dan daya tarik wisata
    budaya masih kurang; antara lain: tiket box, wahana interpretasi
    bagi wisatawan



  3. Perlindungan benda koleksi terhadap manusia dan alam
    masih kurang



  4. Keterbatasan
    dana pengembangan dan
    pengelolaan museum



  5. Perawatan koleksi masih manual dan sederhana



  6. Kualitas SDM yakni petugas museum masih kurang



  7. Jumlah/kuantitas petugas masih kurang saat musim
    liburan




C. PELUANG



  1. Pasar
    sasaran potensial yaitu siswa Perguruan Taman Siswa yang berkunjung
    setiap hari libur




b. Pendopo Agung Tamansiswa yang layak dijadikan gedung pertemuan
umum sekaligus mengajak mereka mengunjungi museum.



D. ANCAMAN




  1. Obyek wisata lain yang sejenis dan lebih berkembang
    serta menarik



  2. Apresiasi
    pengunjung terhadap museum dan
    koleksinya yang masih kurang, misal memegang-megang benda koleksi,
    membolak-balik buku koleksi.







IV.
PROGRAM PENGEMBANGAN




  1. Mencari sumber dana dengan
    mengadakan tiket box bagi pengunjung ataupun bekerjasama dengan
    berbagai LSM dan memanfaatkan Pendopo Agung Tamansiswa
    sebagai Gedung Pertemuan umum.



  2. Menjadi anggota/bekerjasama dengan museum lain dalam organisasi
    daerah, nasional maupun internasional.



  3. Pengiriman petugas pada berbagai pembinaan permuseuman.



  4. Penambahan tenaga saat libur sekolah dengan menerima siswa PKL.



  5. Pembuatan Wahana Interpretasi bagi pengunjung



  6. Penambahan ruang audio visual dengan dilengkapi semacam café
    (museum café) dan didukung keberadaan perpustakaan



  7. Pembuatan perangkat perlindungan koleksi.



  8. Aktif dalam berbagai pameran.



  9. Pengadaan cindera mata khas sebagai pelestari kesan.




10. Mengadakan kegiatan yang aspek
demonstratifnya tinggi dengan melibatkan pasar sasaran yang
dituju-lomba lukis dengan tema-tema tertentu-.





















halaman 1
dari 14




No comments:

Post a Comment